Kalimat yang sangat sederhana namun mengajarkan kita bagaimana menata hati dalam berbagai kondisi dan situasi. Dimana susah senang, manis pahit, memiliki kehilangan, bangga kecewa, dirasakan dengan 'roso' yang sama... Seperti wejangan Bapak, "ojo bungah-bungah, mundak nemoni susah.." Namun benar adanya bahwasannya hal ini tak mudah dilakukan. Mengapa bicara dan teori lebih mudah daripada praktek? Praktek itu dibuat lebih sulit oleh Alloh, untuk menguji kesungguhan kita yang sudah menggebu-gebu mengumumkan dirinya akan sukses, tapi malas, peragu yang kuatiran dan ahli menunda. Bicara itu gampang tapi praktek itu susah, MEMANG harus begitu. Kita protes, juga tidak ada gunanya.
Corectly, kita lah yang mengijinkan diri kita untuk merespon keadaan, asal tidak berlebihan..
Kita bisa aja marah sejadi-jadinya..
Mengangis sampai airmata ini kering..
Namun demikian, tidakkah terlalu disayangkan jika waktu kita habis untuk hal2 demikian...
Selama bernafas itu gratis, selama Bumi dan Alam Semesta masih berputar pada porosnya, Nikmat mana lagi yang hendak engkau dustakan???
Subhanalloh.. Ampuni diri ini Ya Rabb, yang masih lalai menjaga hati, menjaga sikap, dan lisan yang tak terjaga ini...
*Sebuah Dialog Hati...